Tidak menandakan dia menggunakan smartphone, dia sedikit
alay saat chatting. Sering menyingkat kata tapi ada kalanya melebihkan huruf
terakhir. Contohnya, ngaaaaa, iyaaaaa, jnnyyyyy. Setiap awal kalimat, aku
perhatiin dia nggak menggunakan huruf kapital, padalah setau aku itu fitur
otomatis.
'Wleeee'
adalah ciri khas dia saat mengejek, otentik, cuman dia yang pake. 'Huff'
menandakan dia bete. 'Yeayy' saat dia senang. 'Muaaaahhh' untuk ya kita udah
tau kan maknanya apa. 'Kacian' itu kasihan dalam versi imut. 'Cun cinii'
maksudnya itu seperti 'kamu capek ya? Sini aku cium'
‘Hay,
lo lagi ngapain?
‘Ouu,
jdi skrang manggilnya lo gue nih?’
‘Nggak
nggak becanda aja, ‘Aku-Kamu’ aja. Lebih romantis, lebih puitis’ balasku
‘Hahahaa
iyaa’
Ditempatku,
manggil ‘kamu’ ke lawan jenis lebih casual dibanding pake ‘Kau’ Kesannya kasar
aja pake ‘kau’ karena lebih sering digunakan ke sesama jenis atau kalau lagi
berantem. Tapi ‘Kau’ ga menutup kemungkinan dipakai ke lawan jenis jika udah
akrab banget. ‘Lo-Gue’ disini juga digunain buat anak (sok) gaul dan anak yang
emang asli dari Jakarta. Aku ga bermaksud pamer, tapi aku bisa bedain aksen anak
sini yang sok-sok an pake ‘Loe-Gue’ sama anak Jakarta.
‘Menurutmu
klo manggil pake ‘kamu’ itu orang ada rasa nggak?’ tanya dia.
‘Ya
bisa jadi. Tapi aku pake kata ‘kamu’ ke cewek biar lebih lembut aja’ balasku.
Ini kode atau apa ya, tanyaku dalam hati.
‘Oo
hehee’
‘Kamu
pake lo-gue sama siapa?’
‘Biasaa,
klo sma temen ajaa’
Aku
memberikan kredit tersendiri padanya karena dia tepat menulis namaku. Aku
sering ngeliat namaku ditulis salah, kadang ditambahin huruf H setelah J, Y
ditukar jadi I, N-nya dibuat cuman satu. Aku nggak marah tapi ya kalau ketemu
dengan orang yang bisa menuliskan namaku dengan benar, sekalipun baru kenal,
aku akan sangat menghargai dia.
Kamu
jadi bertanya kapan dong dia balas chat dengan cepat, dia itu jadi proaktif dan
reaktif saat subuh jam 2-4 pagi. Aku terbangun dan melihat balasan chatku. Dia punya
gangguan sering terbangun tengah malam dan sulit kembali terpejam. Mungkin
cuman aku satu-satunya temannya saat itu yang online. Kita ngobrol hal-hal
sederhana. Dia pernah bilang sakit perut tapi takut ke dapur buat ambil air
hangat ke lantai bawah. Ini anak kayaknya sering masuk angin mungkin karena
hobi pake sleevelees pikirku.
Saat
seorang perempuan mengatakan masalahnya, bukan berarti dia mengeluh. Tapi dia
telah mempercayaimu.
Aku
sempat berpikiran kalau dia mengidap Alexythimia. Alexythimia adalah
keadaan dia pengidapnya sulit menggambar perasaan pada orang lain. No word for
emotion. Alasannya karena dia sering menjawab ‘bagus’ atau ‘yaa’ saat aku ingin
mendengar pandangannya. Tentu saja penilaianku itu salah. Dia ekspresif dengan
caranya yang berbeda.
Kalau dia chat ‘dingiiinn’ aku bales dengan ‘siapa yang
mau dipeluk?’ dia jawab ‘Akuuuu.’ Kadang itu rasanya subuh-subuh kita udah
kayak pacaran padahal belum pacaran. Kiss kiss-an, bertukar stiker Brown meluk
Cony. Iya sih emang lewat LINE doang, tapi kalau kamu pernah ngalamin yang sama
pasti ngerti rasanya. Hahah. Nggak selalu tiap tengah malam, tapi tengah malam
itu selalu manis dan intim.
Aku
mulai jatuh cinta sama dia, sama Vanesha si titanium, si misterius. \jnny/
No comments:
Post a Comment